(Penkostrad. Minggu, 18 Agustus 2019). Dentuman dari balik rimbunan pohon kawasan Silang Monas, menandai detik-detik Peringatan Proklamasi Kemerdekaan ke-74 Republik Indonesia di Istana Negara. Dentuman tersebut berasal dari meriam Kaliber 75 mm _Saluting Gun_ (penembakan kehormatan) dari Yonarmed 7/GS Kodam Jaya.

Hal tersebut disampaikan Kadispenad Brigjen TNI Candra Wijaya dalam rilisnya, Jakarta, Sabtu (17/8/2019).

Diungkapkan Kadispenad, penembakan kehormatan dari meriam milik Yonarmed 7/GS itu sudah lama dilakukan, namun memang jarang diketahui publik.

“Karena memang biasanya, fokus pengunjung dan undangan pada upacara yang dilaksanakan di Istana, sementara Tim Penembakan Kehormatan (Bakhor) berada di balik rimbunan pohon kawasan Monas,” ujar Candra.

“Untuk diketahui, spesifikasi meriam ini, sesuai namanya _Saluting Gun_, hanya digunakan untuk kegiatan jika ada tamu kehormatan negara dan upacara hari besar seperti saat ini,” imbuhnya.

Lebih lanjut dikatakan Candra, selain penggunaannya khusus untuk mendukung protokoler kenegaraan dan jumlahnya hanya enam pucuk, meriam buatan Switzerland itu dapat dikatakan langka.

“Enam pucuk meriam kaliber 75 mm yang digunakan dalam upacara peringatan HUT ke-74 RI ini, hanya ada di Kodam Jaya, yaitu Yonarmed 7/GS yang berlokasi di Bekasi,” jelasnya.

Sementara itu, saat ditemui di Silang Monas, Danyon Armed 7/GS, Mayor Arm Roni Hermawan mengatakan, tiap tahun kesatuannya mendapatkan tugas kehormatan untuk melaksanakan Penembakan Kehormatan saat menandai detik-detik peringatan Proklamasi Kemerdekaan RI di Istana Negara.

“Termasuk juga saat ada kunjungan kehormatan kepala negara sahabat,” tambahnya.

Dikatakan Roni, tugas protokol kenegaraan itu, telah menjadi kebanggaan tersendiri bagi dirinya maupun seluruh anggotanya.

“Seperti hari ini, meski berada di luar area upacara, Armed TNI AD turut menyukseskan dan memeriahkan peristiwa penuh sejarah ini,” tegasnya penuh pasti.

Lebih lanjut Roni menjelaskan bahwa munisi yang digunakan dalam Bakhor detik- detik proklamasi adalah jenis munisi hampa atau _blank powder_ yang dibuat PT. Pindad (Persero).

“Masing-masing meriam memiliki kemampuan menembak 10 butir/menit dengan munisi _blank powder_ ini” tandasnya.

Keterbatasan kemampuan menembak itu lanjutnya, juga dikarenakan proses pengisian dan penembakannya dilakukan secara manual.

“Dengan batasan waktu yang hanya satu menit untuk menembakkan 17 munisi, maka setiap prajurit yang terlibat dalam penembakan kehormatan detik-detik Proklamasi, harus benar-benar mahir dan terkendali dalam satu komando” jelas lulusan Akmil 2002 itu.

Untuk diketahui, saat pelaksanaan upacara peringatan HUT ke-74 Kemerdekaan RI, antusiasme masyarakat untuk menyaksikan penembakan meriam-meriam Armed 7/105 GS ini sangat tinggi.

“Sejak pagi, masyarakat berkerumun, sabar menunggu waktu penembakan yang kami lakukan,” ujar Lettu Arm Didik Irawan, Pasi Intel Yonarmed-7/GS yang juga ditunjuk sebagai pimpinan penembakan.

Bahkan lanjutnya, saat penembakan, masyarakat merangsek ke pembatas, namun setelah diberi kesadaran oleh provoost, mereka pun bisa memahami.

“Alhamdulillah semuanya berjalan lancar, 17 munisi dapat ditembakkan dengan lancar dan begitu selesai, mayarakat yang menonton langsung meminta berfoto bersama prajurit maupun swafoto dekat meriam,” tuturnya.

“Bagi kami, meski sering melakukan tugas penembakan kehormatan dalam acara kenegaraan, kegiatan dalam upacara peringatan HUT Kemerdekaan selalu dirasakan spesial, karena menjadi bagian sejarah penting bangsa Indonesia,” pungkasnya.