(Penkostrad. Rabu, 26 Juni 2019). Mudik lebaran setiap tahun oleh kebanyakan umat Muslim adalah waktu yang ditunggu-tunggu. Tapi, tidak bagi sejumlah prajurit TNI di Asrama Yon Armed 1 Kostrad, Singosari, Kabupaten Malang.

Tidak semua prajurit TNI di tempat ini bisa pulang kampung. Salah satunya seperti yang dirasakan Praka Akhmad Ramzi, asal Lombok Nusa Tenggara Barat (NTB). Ramzi mudik terakhir pada 2013 lalu, atau enam tahun silam. Alasan dia tidak mudik adalah kurangnya waktu cuti dan banyaknya biaya transportasi yang harus dikeluarkan untuk sekali pulang kampung.

“Ya, karena waktu cuti yang sangat singkat yakni lima hari serta biaya transportasi yang mahal apalagi saya sudah berkeluarga dan memiliki 2 orang anak. Lebih baik biaya mudik saya kirim untuk keluarga di Lombok,” ucap Praka Akhmad Ramzi saat ditemui di asrama,

Tentu, bagi keluarga di Lombok, tidak selalu pulangnya Praka Ahmad Ramzi, awalnya cukup memberatkan. “Orang tua keluarga sudah paham kalau misal lebaran seperti ini tidak mudik. Dan ini sudah menjadi konsekuensi saya untuk menjadi TNI AD, apalagi menjadi prajurit adalah keinginan saya, bahkan saya harus daftar hingga 3 kali,” imbuhnya.

Bercita-cita menjadi prajurit TNI AD sudah menjadi keinginanya sejak lama, berada di lingkungan keluarga TNI hal inilah yang membuat ia tetap semangat meskipun pernah melewati masa gagal pendaftaran hingga harus 3 kali. ”Kakak saya TNI jadi itu motivasi saya untuk bisa berguna dan bermanfaat bagi Negara dan masyarakat Indonesia,” imbuh pria 30 tahun.

Namun, selama menjalani masa dinas 10 tahun sudah ada keluarga yang berkunjung ke Malang untuk berlibur. “Tahun 2014 keluarga datang untuk berlibur, ya senang dikunjungi keluarga bisa merasakan liburan bersama keluarga meskipun tidak di momen lebaran,” katanya.

Hal serupa ternyata tidak dialami oleh Ramzi saja, namun beberapa rekan prajurit TNI AD juga merasakan tidak bisa berkumpul menghabiskan momen lebaran bersama keluarga. Serka Didi Isman misalnya, ia tidak bisa mudik ke Kecamatan Sembakung, Desa Atap, Kalimantan Utara, meskipun telah mendapatkan izin cuti lebaran.

“Saya belum berkeluarga, tidak bisa merayakan lebaran di rumah karena biaya transportasi, saudara saya banyak 7 orang, mending saya ngalahin membiayai adik saya untuk pulang kerumah berkumpul dengan keluarga,” ucap Serka Isman.

Menjadi anak ke 2 dari 7 bersaudara, Isman memiliki tanggung jawab untuk meringankan biaya sekolah adek-adeknya yang selama ini ditanggung oleh orang tuanya. ”Adik saya 5 ada yang kuliah dan sekolah meskipun saya tidak ada kewajiban untuk menyekolahkan tetapi saya harus meringankan orang tua saya dengan membiayai adik saya meskipun tidak banyak,” ucapnya.

Serka Isman rela uang yang seharusnya digunakan untuk mudik lebaran ia alihkan untuk biaya sekolah adiknya dan dikirim untuk orang tuanya. “Ingin melihat adik-adik sukses dan berhasil, nanti itu ada kebanggan tersendiri bagi saya,” ucapnya.

Selama masa dinas 10 tahun, Serka Isman sudah merasakan momen lebaran berkumpul keluarga 2 kali, dan 2 kali selain cuti lebaran. Dia mudik pada lebaran tahun 2010 dan 2014. Dengan demikian, sudah lima tahun dia tidak mudik.

”Pernah waktu itu baru di rumah 2 hari sudah dapat surat untuk berangkat pendidikan ya harus berangkat. Orang tua sudah paham karena kita ini sudah anak negara dan seperti itu konsekuensinya,” terang Serka Isman.