(Penkostrad. Rabu, 11 Desember 2019). Kesiapsiagaan sebagai pasukan perdamaian sangat dibutuhkan dalam mengantisipasi setiap perkembangan situasi yang setiap detiknya dapat berubah, hal inilah yang membuat situasi dikatakan dalam keadaan rawan terkendali. Hal tersebut ditindaklanjuti oleh Satgas Yonmek TNI Konga XXIII-M/UNIFIL (United Nation Interim Force In Lebanon) sebagai pasukan perdamaian di wilayah Lebanon Selatan, sesuai dengan Resolusi Dewan keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PPB) 1701 diantaranya untuk menjamin keamanan dan perdamaian di wilayah Lebanon Selatan, melaksanakan tindakan peningkatan kesiapsiagaan guna melatih dan memelihara naluri tempur untuk siap dalam menghadapi segala macam perkembangan situasi. Disampaikan Komandan Satgas Yonmek TNI Konga XXIII-M/UNIFIL dalam rilis tertulisnya di Markas Indobatt UNP 7-1 Adchit Al Qusayr Lebanon Selatan, Selasa, (10-12-2019).

Guna mewujudkan kesiapsiagaan tersebut Dansatgas Yonmek TNI Konga XXIII-M/UNIFIL Letkol Inf Arfa Yudha Prasetya menginstruksikan beberapa kegiatan yang harus selalu dilakukan diantaranya pengecekan kesiapan personel dan materiil dalam melaksanakan tugas, latihan Contingency Planning dan perbaikan kesiapan pangkalan khususnya shelter yang harus sesuai dengan standar yang ditentukan United Nation (Persatuan Bangsa-Bangsa).

Tidak henti-hentinya disampaikan Arfa setiap pelaksanaan apel kepada seluruh prajuritnya untuk selalu bersikap waspada dan siaga dalam setiap melaksanakan tugas, sehingga segala kemungkinan yang tidak diinginkan dapat diantisipasi melalui tindakan yang sesuai dengan standar operasi yang ditentukan. Lebih lanjut Arfa juga menyampaikan agar para prajuritnya senantiasa untuk selalu menggunakan sistem 3S yaitu senyum, sapa dan salam kepada warga lokal saat bertemu ataupun berpapasan di jalan.

Selanjutnya untuk mengantisipasi saat kemungkinan situasi terburuk terjadi, yang mengharuskan seluruh pasukan harus ditarik mundur maka dilaksanakan latihan Contingency Planning dimana seluruh pasukan diskenariokan dalam keadaan situasi siaga penuh, sehingga seluruh prajurit harus masuk lubang perlindungan/shelter guna mengamankan/melindungi diri dari tembakan senjata lintas datar/lengkung, maupun tembakan roket louncher yang dapat mengancam jiwa para peacekeepers. “Latihan ini sangat diperlukan dan harus dilatih secara terprogram/periodik dengan waktu tertentu atau kapan saja, sehingga kemampuan kesiapsiagaan pasukan selalu siap menghadapi keadaan darurat guna meminimalisir korban jiwa” tegasnya.

Tidak hanya sampai disitu saja, skenario latihan kesiapsiagaan inipun dilaksanakan dimulai dari tahap persiapan, dengan mengaitkan kondisi pangkalan Indobatt, dengan memerintahkan Peleton Zeni memperbaiki shelter yang rusak sehingga seluruh pangkalan benar-benar dalam keadaan siap dan aman untuk digunakan prajurit yang melaksanakan tugas di daerah misi, sesuai standar United Nation.